Arsip Tag: jamur

dermatofitosis

Infeksi jamur superficial memiliki angka kejadian yang cukup besar. Terdapat berbagai macam jamur penyebab yang dapat mengakibatkan hal tadi. Secara garis besar infeksi jamur superficial dibagi menjadi dua yaitu:

–          Dermatofitosis-> merupakan infeksi jamur superficial yang diakibatkan oleh jamur golongan dermatofita yaitu tricophyton sp, microspora sp, epidermophyton sp

–          Non dermatofitosis-> infeksi nondermatofita dapat karena malasezia furfur (merupakan spora dan miselia dari pytirosporum oval), candida, piedra hortea, piedra putih akibat tricosporon begeilii, tinea nigra akibat exophiala wernickii

Dermatofitosis

dapat menyebabkan infeksi pada bangunan yang memiliki keratin seperti kulit (epidermomikosis), kuku (onikomikosis), dan rambut (trikomikosis). Berdasarkan letak anatomisnya dermatofitosis dibagi menjadi:

–          Tinea capitis->kulit kepala, rambut

–          Tinea barbe->jenggot dan kumis

–          Tinea cruris->genital, lipatan inguinal, paha

–          Tinea pedis->kaki

–          Tinea unguium-> kuku

–          Tinea facialis->wajah

–          Tinea corporis-> badan dan lengan atas

Tricophyton-> menyerang kulit, kuku, dan rambut ; Microsporum-> menyerang kulit dan rambut ; Epidermophyton-> menyerang kulit dan kuku. Dermatofita dapat ditularkan melalui kontak langsung. Dermatofita terdapat pada tanah, hewan, dan manusia.

Ciri khas pada infeksi jamur-> adanya central healing yaitu bagian tengah tampak kurang aktif sedangkan bagian pinggirnya tampak aktif->eritema, papul, vesikel.

Ciri khas pada infeksi jamur akan menghilang jika diberikan kortikosteroid->tinea inkognito. Infeksi jamur jangan diberikan kortikosteroid karena selain akan menghilangkan gejala juga akan mengakibatkan infeksi jamur semakin meluas.

Gejala khas jamur-> gatal; terutama saat berkeringat misal siang hari.

Patogenesis dermatomikosis-> jika menyebabkan gangguan pada stratum korneum akan menimbulkan squama. Jika menyerang lapisan yang lebih dalam akan mengakibatkan inflamasi yang ditandai dengan eritema, papul, vesikel.

Patogenesis trikomikosis-> jamur tak dapat menembus lapisan kutikula pada rambut sehingga untuk mengakibatkan infeksi pada bag.dalam rambut ia harus masuk ke dalam dulu untuk menyerang folikel rambut. Adanya eritema, papul, nodul, vesikel, pustul. Rambut menjadi kusam, mudah patah.

Jamur tak bisa menembus lapisan kutikula pada rambut maupun kulit sehingga pengobtan pada trikomikosis dan onikomikosis adalah secara oral. Terapi topikal hanyalah adjuvan untuk mengurangi penularan.

Bentuk2 infeksi:

–          Tinea capitis: -black dot ringworm-> rambut patah pada muara folikelnya maka terlihat sebagai bintik2 hitam. Lampu wood negatif.

-white plaque ringworm-> adanya papul berwana merah kemudian meluas dan memucat menjadi plak berwarna putih dengan squama. Rambut di sekitarnya mengalami kerontokan, berwarna pucat keputihan.lampu wood positif

-kerion celsi->merupakan bentuk inflamasi dari tinea kapitis terdapat folikular pustul,eritema,pus, demam, gatal,  limfadenopati. Lampu wood positif atau negatif

-tinea favosa-> bentuk inflamasi tinea kapitis yang ditandai dengan adanya skutula (krusta berwarna merah,coklat, kuning yang berbentuk mangkuk), jika krusta diangkat maka bagian dasarnya cekung,merah, basah dan berbau seperti tikus (mousy odour).


 


DD tinea kapitis-> psoriasis (plaque eritematous dangan squama kasar berlapis berwana silver dapat melekat erat ataupun tidak dengan bagian dibawahnya. Rambut tidak patah), dermatitis seboroik (plaque dengan squama dan krusta. Warnanya kekuningan. Terdapat didaerah yang banyak mengandung kelenjar sebacea seperti kulit kepala, wajah, dada), alopesia aerata (kebotakan, tidak ada bentukan inflamasi dan tak ada gambarab black dot ringworm. Botak licin), lupus eritematosis (lesi pada kulit bisa berupa rash yaitu makula warna kemeraha, eritema. Maupun ruam diskoid  yaitu eritema, plaque,squama dan adanya folikel2 diantaranya), trikotilomania (dorongan untuk mencabut rambut sendiri), folikulitis (radang berbentuk folikel bisa disebabkan oleh infeksi misal bakteri).

Pengobatan-> shampo selenium sulfide 1-2.5% ; shampo ketokonazole 2% dipakai 3x seminggu ; oral griseofulvin 20-25 mg/kgBB/hari 8 minggu, oral intrakonazole 3-5 mg/KgBB/hari 4-6 minggu.

 –          Tinea barbae: 3 bentuk-> sirsinata (meluas), superficial, dan kerion celsi

–          Tinea corporis: tinea di tungkai dan lengan. Tanda khas centerl healing.

  

DD tinea corporis-> dermatitis kontak (dermatitis akibat alergi kontak dengan bahan tertentu), dermatitis numularis, dermatitis seboroik, psoriasis, pityriasis rosea (adanya plaque dengan squama yang halus. Adanya herald patch merupakan lesi awal yang berbentuk plaque, oval, pinggirnya squama, ada eritem juga. Jarang mengenai wajah dan leher), eritema anulare sentrifugum.

Pengobatan-> salep anti jamur golongan azole, tolnaftate. Obat oral griseofulvin, intrakonazole, fluconazole, terbenafin.

–          Tinea cruris-> tine paqda pubis, selangkangan, sela paha. Bagian pinggir tampak aktif eritme, papul, vesikel, pustul. Bagian tengahnya menyembuh adanya hiperpigmentasi, squama.

 

DD tinea cruris->intertrigo, candidiasis (infeksi akibat jamur candida, candida merupakan flora yang normal yang akan menjadi patogen pada lingkungan tertentu. Biasanya terjadi di tempat yang kelembapannya tinggi), eritrasma (infeksi bakteri corynebacterium menimbulkan bercak2 warna merah kecoklatan. Lampu wood warna merah bata), dermatitis seboroik, psoriasis.

Pengobatan tinea cruris-> salep anti jamur golongan azole, tolnaftate. Obat oral griseofulvin, intrakonazole, fluconazole, terbenafin.

–          Tinea facialis->

–          Tinea pedis (athlete’s foot): tipe interdigitale->ada disela2 jari terutama sela jari ke 4 dan 5. Kulit terlihat putih, bau tidak enak, ada fissura ; tipe vesikular subakut-> dapat berasal dari perluasan interdigitalis. Lesi berbentuk vesikel, bula jika vesikel pecah membentuk squama melingkar (koloret). Menyebar ke bagian dorsum manus ; tipe papulosquamosa->hiperkeratosis menahun.

 DD tinea pedis-> kandidiasis interdigitalis, dermatitis kontak alergi, scabies pada kaki, psoriasis pustulosa.

Terapi tinea pedis: salep anti jamur golongan azole, tolnaftate. Obat oral intrakonazole, fluconazole.

 

–          Tinea manus-> tipe dishidrosis(eksematoid)-> eritem, vesikel ; tipe hiperkeratosis->squama, fissura

–          Tinea unguium: onikolisis distal/proksimal, hiperkeratosis subungual, kuku rapuh, bercak berbatas tegas pada kuku, distrofi kuku, kuku berwarna kekuningan

  

DD tinea unguium-> psoriasis (nail pit, oil spot), like planus, infeksi bakterial, dermatitis kontak, onikodistrofi traumatik

Pengobatan tinea unguium-> oral, intrakonazole, fluconazole, terbenafin.